BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perubahan dan perkembangan dunia
pendidikan seperti sekarang ini merupakan suatu hasil yang terus menerus
dilakukan sebagai konsekuensi terhadap dinamika perkembangan zaman. Perubahan
disini dalam arti perbaikan pada semua tingkatan sebagai antisipasi kepentingan,
kebutuhan dan tantangan masa depan dalam dunia pendidikan. Salah satunya
matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik
dalam kehidupan sehari hari maupun dalam
pengembangan ilmu teknologi ( Akib,2001: 143). Pendidikan matematika pada
jenjang dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab pada jenjang ini
mempunyai pondasi yang sangat menentukan dalam bentuk kecerdasan, dan
keperibadian anak. Menyadari pentingnya peningkatan kualitas pendidikan yang
akan datang mempengaruhi sumber daya manusia, maka pemerintah mulai melirik
pada peningkatan kualitas pembelajaran yang akan memberikan kontribusi pada
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Berbagai
upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pmbelajaran, antara lain
: pembaharuan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, perubahan sistem
penilaian dan lain sebagainya. Salah satu unsur yang sering dikaji hubungannya
dengan keaktifan siswa dan prestasi belajar adalah model pembelajaran yang
dilakukan guru di sekolah.
Kenyataan yang
terjadi saat ini, berdasarkan
pengamatan dilapangan, diperoleh informasi bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa. Hal ini juga di perkuat berdasarkan dari
hasil ulangan harian yang memperlihatkan masih kurangnya nilai matematika
terutama pada pokok bahasan bilagan pecahan, rata-rata nilai matematika pada
kelas V di MI Baiturrohim adalah 63,7. Di sisi lain, matematika dianggap
sebagai mata pelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Hal itu terjadi karena
siswa kesulitan mempelajari dan memahami matematika, sehingga minat siswa pada
matematika juga berkurang.
Pembelajaran matematika dengan metode
konvensional yang hanya mengandalkan chalk
and talk, seringkali dilakukan oleh guru tanpa disertai pendekatan belajar
maupun model pembelajaran yang tepat menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat memotivasi serta
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk itu disinilah tugas sebagai guru matematika yakni
supaya siswa lebih menyukai pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan,
dengan menggunakan model pembelajaran efektif yang dapat memberikan kemudahan
pada siswa dalam mempelajari dan memahami serta meningkatkan minat siswa pada
matematika. Salah satu model pembelajaran yang
sesuai adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model
pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, satu diantaranya adalah Team
Game Tournament (TGT). TGT dapat meningkatkan prestasi siswa pada matematika melalui Game Tournament,
serta mempermudah siswa dalam mempelajari dan memahami matematika melalui
belajar Team.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif (
TGT ) Tipe Teams Games
Tournament Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan
Pecahan Pada Siswa Kelas V Mi Baiturrohim Desa Bareng Kecamatan Ngasem
Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas
dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) terhadap prestasi
belajar matematika pada pokok bahasan pecahan
pada siswa kelas V MI Baiturrohim desa Bareng
kecamatan Ngasem kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2013/2014”.?
C.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang penulis buat dari masalah
yang adanya pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V pada pokok bahasan
pecahan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT).
D. Kegunaan Penelitian
kegunaan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar matematika
pada
pokok bahasan pecahan pada siswa kelas V
MI Baiturrohim desa Bareng kecamatan Ngasem kabupaten Bojonegoro tahun
pelajaran 2013/2014.
Setelah dilakukan penelitian, diharapkan
penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :
1.
Bagi sekolah
Sebagai masukan bagi
sekolah mengenai penyediaan begitu pentingnya penggunaan metode pembelajaran
unuk menigkatkan prestasi belajar siswa untuk menyiapkan SDM yang berkualitas.
Jika pembelajaran di sekolah disajikan dalam bentuk yang berbeda maka akan
meningkatkan prestasi siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2.
Bagi guru
Sebagai bahan pemikiran
bagi guru matematika bahwa perlu adanya pembaharuan dalam pembelajaran.
Pembelajan yang dimaksud adalah pembaharuan metode pembelajaran untuk
meningkatkan dan mendorong siswa lebih aktif karena siswa dituntut selalu
berfikir tentang persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaianya,
dengan demikian mereka akan akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan
keterampilan pengetahuan.
3.
Bagi siswa
Untuk menigkatkan
ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran karena adanya metode
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4.
Bagi
Peneliti
a.
Sebagai salah satu sumber pengetahuan baru bagi peneliti
mengenai model pembelajaran.
b.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
E.
Definisi
Operasional
a. Kooperatif tipe
TGT
TGT adalah salah satu pemebelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku, dan ras yang berbeda. Secara umum TGT
sama seperti STAD kecuali dalam hal : TGT menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dalam sistem skor individu, dimana siswa belomba sebagai
wakili tim mereka dengan tim anggota lain yang kinerja akademik sebelumnya
setara seperti mereka.
b. Prestasi
Belajar
Prestasi
belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta
didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian
usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
c. Pecahan
Pecahan adalah salah satu pokok materi bahasan yang diajarkan dikelas V MI
Baiturrohim semester II.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Prestasi
beajar matematika
a. Pengertian
Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. (slameto:1996:2)
Belajar adalah suatu aktivitas yang
sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam
diri individu. Perubahan dalam arti menuju ke perkembangan pribadi individu
seutuhnya. Sejalan dengan itu, Sardiman A.M mengemukakan suatu rumusan, bahwa
belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju ke perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini
akan dapat dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Pengalaman inilah nantinya yang akan membentuk pribadi individu ke arah
kedewasaan. (Djamarah, 2012:21).
b. Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Menurut Djamaroh,
pretasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang siswa dalam segala hal yang
dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
yang dinyatakan sesudah hasil penilaina yang telah tercapai sebagai hasil
belajar.
Adapun menurut kamus
besar bahasa indonesia (2001), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjuk
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi belajar
adalah hasil usaha siswa di sekolah melalui belajar dengan giat dan rajin yang
diperoleh melalui formatik, catur wulan, semester, EBTA atau UAN.
Belajar sangat erat
hubungannya dengan prestasi belajar. Karena prestasi itu sendiri merupakan
hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut Slameto ( 1997 )
sebagai berikut : “ hasil belajar belajar adalah hasil dimana guru melihat
bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah
menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah suatu
bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara
bertinkah laku baru berkat pengalaman baru. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan , bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil. belajar yang dicapai
dalam aktifitas untuk mendapat suatu kepandaian atau sebuah tingkah laku yang
lebih baik.
a)
Fakor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar.
Untuk memperoleh
prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, karena banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa menurut pakar pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
1.
Faktor
Internal ( faktor dari dalam diri siswa)
Yaitu keadaan atau
kondisi jasmani (fisikologis) seperti kesehatan, dan rohani (psikologis) siswa
seperti motivasi, minat dan bakat siswa.
2.
Faktor
Eksternal (faktor dari luar siswa)
Yaitu kondisi lingkungan siswa.
3.
Faktor
pendekatan belajar siswa
Yaitu jenis-jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan belajar.
c. Matematika
”Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir
manusia” (BSNP, 2006:1). Matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran matematika
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
realistis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kemampuan tersebut diperlukan untuk
bertahan hidup dan menghadapi kehidupan yang kompetitif.
Selain itu, pendidikan matematika di sekolah juga
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan. Sehingga,
berdasarkan tujuan di atas dapat dikatakan bahwa matematika adalah mata
pelajaran penting bagi siswa dan pengetahuan matematika harus dikuasai
sejak dini oleh para siswa.
1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams gmes Tournament)
a. Teams Games Tournament ( TGT )
TGT adalah salah satu
pemebelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
suku, dan ras yang berbeda.
Secara umum TGT sama seperti STAD kecuali dalam hal
: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dalam sistem
skor individu, dimana siswa belomba sebagai wakili tim mereka dengan tim
anggota lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sering
digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen
tertentu pada struktur STAD yang biasanya didiskripsikan dari komponen-komponen
TGT adalah sebagai berikut:
Pertama Tim. Tim
terdiri dari empat sampai enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelasdalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi
utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim bener-bener
belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggota untuk
bisa mengerjakan kuis dengan baik, setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar-lembar atau materi lainya. Yang paling
sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota
tim ada yang membuat kesalahan.
Kedua Game.
Gamenya
terdiri atas pernyataan-pernyataan yang kontennya relevan dirancang untuk
menguji pengetahuan siswa yang perolehanya dari presentasi di kelas dan
pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang
siswa, yang masing-masing mewakili tim berbeda. Kebanyakan game hanya berupa
nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa
mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang
tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan
para pemain saling menantang jawaban masing-masing.
Ketiga,
Turnament. Turnamen adalah sebuah struktur dimana
game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,
setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa
untuk berada pada meja tunamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumya pada
meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang
ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan
para siswa dari semua tingkat kerja sebelumnya kontribusi secara maksimal
terhadap skor tim meraka jika mereka melakukan yang terbaik.
1)
Persiapan
a. Materi
Materi kurikulum TGT sama saja dengan STAD,
kecuali perlu menyiapkan kartu-kartu bernomor dari nomor satu sampai tigapuluh
untuk tiap tiga orang anak.
b. Menempatkan Siswa
Dalam Tim
Dalam menempatkan siswa dalam beberapa tim
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.
Memfotokopi
lembar rangkuman tim
Membuat kopian dari lembar rangkuman tim untuk
setiap empat siswa dalam satu kelas.
2.
Menyusun
peringkat siswa
Pada selembar kertas, dibuat urutan peringkat
siswa dalam satu kelas dari yang tertinggi sampai yang terendah.
3.
Menentukan anggota
berdasarkan jumlah tim
Tiap tim harus terdiri dari empat anggota jika
memungkinkan. Untuk menentukan berapa tim yang akan dibentuk, jumlah siswa
dikelas dibagi empat, hasil bagi tersebut tentunya jumlah tim beranggotakan
empat orang. Misalnya, di dalam kelas ada 16 orang, maka akan membentuk empat
tim yang masing-masing beranggotakan empat orang. Jika pembagian tersebut tidak
genap, siswanya bisa jadi berjumlah satu, dua, atau tiga orang. Selanjutnya
akan ada tim yang beranggotakan lima orang.
4.
Membagi siswa
ke dalam tim
Dalam membagi siswa ke dalam tim, diseimbangkan
timnya supaya:
a)
Tiap tim
terdiri atas level yang kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang dan
tinggi.
b)
Level kinerja
yang sedang dari semua tim yang ada di kelas hendaknya setara.
Peringkat siswa
digunakan berdasarkan kinerjanya, huruf tim dibagikan kepada tiap-tiap siswa.
Misalnya dalam empat tim yang ada di dalam kelas menggunakan huruf A sampai D.
c. Menempatkan Siswa
ke dalam Meja Turnamen
1. Membuat kopian lembar penempatan meja
turnamen
Pada lembar tersebut diisi daftar nama siswa
dari atas ke bawah sesuai urutan kinerja siswa, dengan menggunakan peringkat
yang sama seperti yang akan digunakan untuk membentuk tim.
2.
Menghitung
jumlah siswa di dalam kelas
Jika jumlahnya habis dibagi empat, semua meja
turnamen akan mempunyai empat peserta.
3.
Menunjuk empat
siswa pertama dari daftar
Masing-masing untuk menempati meja 1,
berikutnya meja 2, dan seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi
tiga, satu atau dua meja turnamen yang pertama akan beranggotakan empat
peserta. Misalnya, sebuah kelas dengan 15 siswa mempunyai tiga meja turnamen,
tiga diantaranya akan mempunyai empat anggota. Empat siswa pertama dari daftar
peringkat akan ditempatkan di meja 1, dan empat berikutnya pada meja 2, dan
tiap empat orang sisanya pada meja-meja yang lain. Penentuan nomor meja ini
hanya untuk meja kepada anak-anak, sebutlah meja-meja tersebut sebagai meja
biru, merah, hijau dan sebagainya dalam urutan yang acak supaya para siswa
tidak akan tahu bagaimana cara menyusun penempatan meja tersebut.
d. Memulai Turnamen
Pada awal periode permainan, penempatan meja
turnamen diumumkan dan mereka diminta memindahkan serta menyusun meja
bersama-sama. Nomor-nomornya diacak supaya para siswa tidak tahu mana meja atas
atau meja bawah dan salah satu siswa diminta membagikan satu lembar permainan,
satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor dan satu lembar skor permainan pada
tiap meja.
Untuk memulai permainan, para siswa menarik
kartu untuk menentukan pembaca pertama yaitu yang menarik nomor tertinggi.
Permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama.
Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil
kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan
dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya, jika soalnya
pilihan ganda. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak
tanpa dikenai sanksi. Jika konten dalam permainan tersebut melibatkan
permasalahan, semua siswa harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka
siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada
disebelah kiri atau kanannya punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban
yang berbeda dengan peserta pertama. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang
kedua mempunyai jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang
kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka
harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak
(jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta
punya jawaban, ditantang, akan melewati pertanyaan, penantang kedua (atau
peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan
jawaban yan benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar
akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban yang benar
akan menyimpan kartunya. Jika penantang memberikan jawababan yang salah, dia
harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam kotak.
Untuk putaran berikutnya, semuanya begerak satu
posisi ke kiri, penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi
penantang pertama, dan si pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut,
seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau
kotaknya telah kosong.
Aturan Permainan TGT
Pembaca
- Ambil
kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada
lembar permainan.
- Bacalah pertanyaannya dengan keras.
- Cobalah untuk menjawab.
Penantang 1
- Menantang jika dia mau (dan memberikan
jawaban berbeda) atau boleh melewatinya.
Penantang 2
- Boleh
menantang jika penantang 1 melewati dan jika dia mau. Apabila semua penantang
sudah menantang atau melewati, penantang 2 memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang
jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada
sanksi, tetapi jika kedua penantangnya salah maka dia harus mengembalikan kartu
yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada.
Untuk putaran
berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri: penantang 1 menjadi pembaca,
penantang 2 menjadi penantang 1 dan si pembaca menjadi penantang kedua.
e. Menentukan Skor
Tim
Segera setelah turnamen selesai, skor tim
ditentukan dan sertifikat tim disiapkan untuk memberi rekognisi kepada tim
peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini pertama-tama poin-poin turnamen
dari tiap siswa tersebut harus diperiksa ke lembar skor permainan.
f. Merekognisi Tim
Berprestasi
Seperti dalam STAD, di sini juga diberikan tiga
tingkatan penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim.
Tabel 2.1
Kriteria (rata-rata tim)
|
Penghargaan
|
40
|
Tim
baik
|
45
|
Tim
sangat baik
|
50
|
Tim
super
|
Alur TGT dengan
jumlah siswa 16 anak adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
TEAM A
|
TEAM B
|
TEAM C
|
TEAM D
|
(Salvin
E. Robert : cooperatif learning teori,riset dan praktik : 163 )
1.
Pecahan
Pengertian biangan
pecahan adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan syarat b ≠ 0.
Selanjutnya a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
a. Macam – macam pecahan
1. Pecahan biasa. Conohnya
2. Pecahan campuran. Conohnya
3. Pecahan desimal. Contohnya 1,4 . 2,8 . 9,32 . 9,15 .
4. Pecahan persen. Contohnya 5%, 25%, 65%, 80%, 90%.
b. Mengubah pecahan biasa ke pecahan
campuran
Syaratnya pembilang
dari pecahan tersebut harus lebih besar dari penyebutnya.
Contoh
: ( karena 2 x 12 = 24, maka 29 – 24 = 5, maka
c.
Mengubah
persen ke bentuk pecahan
Misalnya a pecahan persen.
Jika a diubah ke bentuk pecahan biasa, maka pembilang dari a adalah angka
sebelum tanda %, dan penyebutnya adalah 100. Pembilang dan penyebut dapat
disederhanankan dengan membagi masing – masing dengan FPB dari pembilang dan
penyebut tersebut.
Contoh
: 35 % = ( 5 adalah FPB dari 35 dan 100 )
d.
Mengubah
pecahan ke bentuk persen
Misal a adalah suatu pecahan yang diubah
ke bentuk persen.
Caranya :
a. Jika a pecahan biasa atau pecahan desimal, maka langsung
dikalikan 100%.
Contoh :
bilangan diubah ke bentuk pecahan persen, caranya
pecahan desimal 0,8 diubah ke pecahan persen, caranya 0,8
x 100% = 80%
b. Jika a pecahan campuran, maka a harus di ubah dulu ke
pecahan biasa dahulu. Setelah itu dikalihkan dengan 100%
Contoh :
Bilangan diubah ke bentuk pecahan biasa, caranya diubah menjadi pecahan biasa, yaitu ,
lalu diubah ke bentuk pecahan persen, yaitu
e. Mengubah pecahan biasa
ke desimal dan sebaliknya
Mengubah pecahan biasa
ke dalam bilangan decimal. Dapat dilakukan dengan dua cara berikut
1) dengan cara dibagi
(bagi kurung). Ingat, bahwa (per = bagi). Jadi, untuk mengubah pecahan
menjadi desimal dengan jalan pembilang dibagi penyebut.
2) Dengan cara mengubah
penyebut menjadi 10, 100, atau 1000. Ingat, bahwa bilangan desimal
merupakan bilangan per sepuluh, per seratus, atau per seribu.
Contoh:
Penyebut dijadikan 10 (
2 x 5 = 10) karena penyebut dikalikan dengan bilangan 5, maka
pembilang pun harus dikalikan pada bilangan yang sama (5). Jadi, (1 x 5 = 5),
maka = 0,5.
f.
Penjumahan dan
pengurangan berabagai pecahan
Untuk
penyebut yang sama penjumlahan dan pengurangan pecahan hanya menjumlahkan atau
mengurangkan pembilangnya saja tetapi jika penyebutnya beda dengan cara
berikut:
Misalnya kita akan menjumlahkan
Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyamakan penyebutnya menjadi sama terlebih
dahulu, yaitu dengan mencari KPK dari kedua penyebut.
Untuk pengurangan pecahan mengunakan cara yang
sama
g.
Penjumlahan
pecahan decimal
Sebelum menjumlahkan pecahan desimal, kita perlu mengingat kembali nilai
tempat suatu bilangan. Nilai tempat pada pecahan desimal dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk menjumlahkan dua bilangan dengan benar kita harus menjumlahkan
angka-angka yang nilai tempatnya sama:
1. ratusan dijumlahkan
dengan ratusan
2. puluhan dijumlahkan
denga puluhan
3. satuan dijumlahkan
dengan satuan
4. persepuluhan dengan
persepuluhan
5. perseratusan dengan
perseratusan, dst
Cara yang termudah untuk menjumlahkan dua pecahan desimal:
Dengan cara penjumlahan bersusun, dengan meluruskan tanda koma (,).
contoh :
h. Menyelesaikan Masalah Pecahan
Perhatikan contoh masalah beserta penyelesaiannya berikut ini.
1. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup
besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang
sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2
potong kue.
a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan
Menik?
Penyelesaian:
a. Kue dibagi menjadi16 potong, kemudian
dimakan Ema 2 potong dan dimakan Menik 2 potong.
Ema makan bagian kue.
Menik makan bagian kue.
Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.
2. Ayah Marbun
mengecat kayu yang panjangnya meter dengan warna
hijau dan kuning. Sepanjang meter dicat berwarna
hijau. Berapa meter panjang kayu yang dicat kuning?
Penyelesaian:
Panjang kayu meter. Dicat hijau
sepanjang meter.
Sisanya dicat kuning.
Jadi, panjang kayu yang dicat kuning adalah meter.
3. Ayah mempunyai kabel listrik sepanjang meter, kemudian membeli lagi 8,5 meter.
Keesokan harinya kabel tersebut digunakan untuk memasang lampu dirumah
sepanjang meter, maka panjang kabel ayah sekarang
masih......... meter.
Jawab :
b.
Penelitian
Yang Relevan
Hasil penelitian lain yang
berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya:
1)
Penelitian yang dilakukan oleh Dian
Ratna Puspananda tahun 2010 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Team Game
Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan
Aproksimasi Kesalahan Kelas X MO SMK PGRI I Bojonegoro Tahun Pelajaran
2009/2010 menyimpulkan bahwa:
a)
Ada pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa pokok bahasan Aproksimasi
Kesalahan dengan diberi perlakuan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT)
pada siswa kelas X MO SMK PGRI I Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini
terbukti dari hasil perhitungan dalam analisa data yang menunjukkan t hitung =
6,03 lebih besar dari t tabel baik dengan taraf kesalahan 1% (6,03 > 2,7086)
maupun taraf kesalahan 5% (6,03>2,0231).
b)
Model Pembelajaran Team Game
Tournament mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pokok bahasan
Aproksimasi Kesalahan pada siswa kelas X MO SMK PGRI I Bojonegoro tahun
pelajaran 2009/2010.
(Dian Ratna Puspananda, 2010: 59)
Persamaan dan perbedaan penelitin adalah sama
sama merupakan penelitian kuantitatif dan Penggunaan model pembeljaran teams
games tournaments ( TGT ) mampu meningkatkan petasi belajar siswa. Perbedaan
penelitian adalah Penelitian yang ditulis peneliti mengunakan tes awal atau pre
test sedangkan peanelitian yang relevan menggunakan data atau dokumentasi dari
sekolah yang diteliti.
2) Penelitian
yang dilakukan oleh Wisnu Hermawan tahun 2006 yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Melalui Tipe TGT (Teams Games Tournaments)
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTs. Filial Al Iman
Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat menyimpulkan bahwa:
Penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe TGT perlu dilakukan dalam pembelajaran
matematika khususnya pokok bahasan bilangan bulat untuk mencapai hasil belajar
yang maksimal. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa kelas VII6 MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada pokok
bahasan bilangan bulat meningkat. Hal ini terlihat pada peningkatan ketuntasan
belajar dari 76,6% menjadi 85,3% dan meningkat lagi menjadi 87,7%.
Persamaan penelitian adalah Sama – sama penelitian kuantitatif. Perbedaan
Penelitian adalah penelitian yang ditulis peneliti mengunakan tes awal atau pre
test sedangkan peanelitian yang relevan menggunakan data atau dokumentasi dari
sekolah yang ditelitidan materi yang di teliti berbeda.
c.
Kerangka Berpikir
Model
pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dapat mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran Matematika. Melalui belajar Team masing-masing
siswa dapat mempelajari dan memahami matematika, sebab masing-masing Team
dibentuk secara heterogen. Sehingga siswa dapat saling membantu antar siswa
yang memiliki kemampuan lebih dengan siswa yang memiliki kemampuan kurang.
Kegiatan pembelajaran akan lebih
menyenangkan dengan disertai Game yang dapat meningkatkan minat siswa. Semangat
siswa juga semakin bertambah karena diadakan Tournament yang melatih siswa
untuk berkompetisi secara positif.
Adanya motivasi, minat, serta
semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, tentunya
membuat siswa tidak malas untuk belajar. Nilai matematika siswa menjadi lebih
baik dari sebelumnya, sehingga prestasi belajar matematika siswa meningkat.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode-metode
yang digunakan dalam suatu
penelitian, dimana dalam metode-metode itu akan memuat berbagai hal yang akan
menentukan tingkat keberhasilanya suatu penelitian.
Dalam pelaksanaan
penelitian ini peneliti akan menggunakan desain penelitian eksperimen, yaitu
akan membentuk 1 kelompok kelas eksperimen dan
1 kelompok kelas kontrol.
A.
Subjek dan jadwal
penelitian
Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V MI Baiturrohim Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten
Bojonegoro tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 31 siswa yaitu kelas V A
sebanyak 16 siswa dan kelas V B sebanyak 15 siswa.
Jadwal penelitian dalam
penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1
Bulan
Tahap
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
juli
|
agu
|
Permulaan
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
Penyelesaian
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
B.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono 2007:61).
Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah seluruh
siswa kelas V MI Baiturrohim Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro tahun
pelajaran 2013/2014 sebanyak 31 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas V
A sebanyak 16 siswa dan kelas V B sebanyak 15 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif/ mewakili (Sugiyono 2007:62).
Dalam penelitian ini populasinya kecil, oleh karena
itu peneliti menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu dengan mengambil semua
populasi sebagai sampel sebanyak 31 siswa. Kelas V A sebanyak 16 siswa yang
terdiri dari 9 laki-laki dan 7 perempuan sebagai kelas eksperimen dan kelas V B
sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 7 perempuan sebagai kelas
kontrol. Kedua kelas masing-masing mempunyai kemampuan yang hampir sama.
Kelas eksperimen dalam penelitian
ini adalah kelas yang diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajan kooperatif tipe Teams Games Tournament (
TGT ). Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberi perlakuan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament tetapi diberi
perlakuan dengan menggunakan metode konvensional.
C.
Variabel
1.
Varibel
Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang bebentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2007:2).
Pada penelitian ini ada dua variabel, yaitu:
1.
Variabel independen
Dalam bahasa Indonesia variabel independen sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (
TGT )
2.
Variabel dependen
Dalam bahasa Indonesia variabel dependen sering
disebut sebagai variabel tertikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel babas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar matematika siswa.
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data tentunya
harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti
menggunakan metode tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki.
Proses
pengumpulan data pada metode tes ini diawali dengan mengadakan tes awal
(pretes) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, yang tujuannya untuk
mengetahui kemampuan awal dari kedua kelas tersebut. Setelah itu diberi
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament ( TGT ) pada kelas eksperimen dan perlakuan dengan
menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Setelah pelaksanaan
pembelajaran selesai baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan tes
akhir (postes).
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen yang berbentuk tes. Bentuk tes yang digunakan adalah 20 soal
pilihan ganda dengan 4 alternatif
jawaban . Bentuk ini penskorannya obyektif, dan bisa dikoreksi dengan
mudah. Sebelum instrumen digunakan untuk
mengambil data terlebih dahulu instrumen diujicobakan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan valid dan reliabel atau tidak.
Adapun
rancangan pelaksanaanya adalah:
1. Membuat batasan soal, yaitu soal – soal
pada pokok bahasan pecahan.
2. Menentukan tujuan tes, yaitu mengetahui
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan pecahan.
3. Membuat kisi – kisi soal tes berdasarkan
batasan soal yang telah dirumuskan.
4. Menyusun soal – soal tes.
5. Uji coba soal tes.
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut mampu mengungkapkan
apa yang hendak diukur secara tepat.
Uji validitas ini
bertujuan untuk menguji kevaliditasan soal yang akan digunakan. Validitas suatu
soal dinyatakan dengan koefesien korelasi (r). Untuk menguji validitas
digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:
Keterangan:
rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan
X =
skor item
Y =
skor total
N =
jumlah peserta tes
Kriteria jika rxy
> rtabel maka item soal tes itu dikatakan valid, dalam hal ini
digunakan taraf signifikan 5% dan dk = N.
b. Uji realibilitas
Realibilitas adalah
ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Realibilitas
menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Untuk menguji apakah instrumen tes reliabel atau tidak, dilakukan uji
realibilitas menggunakan rumus KR-20:
Keterangan
:
r11 = Reliabilitas
tes secara keseluruhan.
p
= Proporsi subyek yang menjawab
item dengan benar.
q
= Proporsi subyek yang menjawab
item dengan salah (q=1-p)
∑pq
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya
item
S2 = Varians
total
Jika r11 ≥ rtabel maka soal reliabel
tetapi jika r11 ≤ rtabel maka soal tidak reliabel.
c.
Daya Pembeda
Daya pembeda
adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Cara
menentukan daya pembeda (nilai D)
Untuk ini
perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100
orang ke atas).
a)
Untuk Kelompok Kecil
Seluruh
kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok
bawah.
b)
Untuk Kelompok Besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk
kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA)
dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Suharsimi
Arikunto (2009 : 211-218).
Rumus Mencari Diskriminan (D)
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
Keterangan :
J =
jumlah peserta didik
JA =
banyaknya jumlah kelompok atas
JB =
banyaknya peserta kelompok bawah
BA =
banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
banyaknya pesrta
kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
proporsi peserta
kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran).
PB =
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel
3.1
Pengklasifikasi Nilai Daya Pembeda :
Indeks
|
Interprestasi
|
0.00 < D <
0.2
|
Gugur
|
0.3 <
D < 1.0
|
Valid
|
d.
Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah,
dan tidak terlalu sulit. Untuk mengetahui taraf kesukaran soal, menggunakan
rumus:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal
dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal :
P : 0,00 – 0,30 adalah soal sukar
P : 0,31 – 0,70 adalah soal sedang
P : 0,71 – 1,00 adalah soal mudah (Arikunto, 2007: 207 - 210)
F.
Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini dilakukan analisis dua kali
yaitu analisis data awal dan analisis data akhir. Pada analisis data awal akan
dilakukan pengujian prasyarat analisis dan uji kesamaan dua rata-rata (uji –
t). Pada analisis data akhir akan dilakukan pengujian prasyarat analisis dan
pengujian hipotesis (uji – t).
A. Uji prasyarat analisis
Sebelum
dilakukan analisis data, akan dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu.
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji normalitas
Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh berdistibusi
normal. Uji normalitas dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Dalam penelitian ini teknik pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi
Kuadrat (X²)
dengan rumus:
(Sugiyono,2007:
107)
Keterangan
:
𝑥2 = Distribusi
Chi Kuadrat
f0 = Frekuensi
pengamatan
fh = Frekuensi yang diharapkan
Adapun
langkah – langkah untuk uji normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah kelas interval.
2. Menentukan panjang kelas interval.
3. Menyusun kedalam tabel distribusi
frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung.
4. Menghitung fh (frekuensi yang
diharapkan).
5. Memasukkan harga-harga fh kedalam
tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo-fh)2 dan . Harga
adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χ2)
hitung.
6. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung
dengan Chi Kuadrat tabel. Jika χ2hitung < χ2tabel ,maka data
berdistribusi normal.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas
digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil homogen. Untuk pengujian
homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:
(sugiyono,2007 :140)
Kriteria
pengujian data, dikatakan homogen jika F hitung < F tabel dengan α adalah taraf nyata dalam pengujian.
3.
Uji keseimbangan
Kriteria pengujian, Ho diterima jika thitung < ttabel , jika dari perhitungan diperoleh thitung lebih kecil dari ttabel.
Ini berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama atau
seimbang (tidak terdapat perbedaan), sehingga penelitian akan dilanjutkan ke
tahap selanjutnya.
uji
keseimbangan menggunakan rumus
t =
B. Uji hipotesis
Untuk menganalisis data
penelitian harus disesuaikan dengan desain penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan desain penelitian eksperimen, yang akan membandingkan prestasi
belajar matematika siswa yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (kelas eksperimen) dan prestasi belajar matematika
yang diberi perlakuan pembelajaran dengan metode konvensional (kelas kontrol).
Oleh karena itu untuk pengujian terhadap hipotesis yang diajukan akan dilakukan
dengan teknik statistik parametris. Statistik parametris yang digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel bila datanya berbentuk
interval atau ratio adalah menggunakan t-test.
Rumusan t-test yang
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi ditunjukkan
dengan rumus sebagai berikut:
t
=
Dimana:
= Rata – rata sampel 1
= Rata – rata sampel 2
= Simpangan baku sampel 1
= Simpangan baku sampel 2
= Varians sampel 1
= Varians sampel 2
r = Korelasi antara dua sampel
(
Sugiyono 2007 : 122)
Langkah-langkah menggunakan perhitungan
rumus t-test adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
b. Menghitung nilai rata-rata sampel 1 dan
sampel 2 dengan rumus:
c. Menghitung nilai varians sampel 1 dan
sampel 2 dengan rumus :
d. Menghitung nilai simpangan baku sampel 1
dan sampel 2 dengan rumus :
e. Menghitung nilai korelasi antara dua
sampel dengan rumus:
f. Menguji hipotesa dengan menggunakan
rumus t-test.
g. Menghitung derajat kebebasan (dk)
Karena n1=n2
jadi untuk mengetahui ttabel digunakan dk yang besarnya. dk = n1
+ n2 – 2.
h. Membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika
thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Hoditolak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar