Kamis, 29 Mei 2014

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI BAITURROHIM DESA BARENG KECAMATAN NGASEM KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Perubahan dan perkembangan dunia pendidikan seperti sekarang ini merupakan suatu hasil yang terus menerus dilakukan sebagai konsekuensi terhadap dinamika perkembangan zaman. Perubahan disini dalam arti perbaikan pada semua tingkatan sebagai antisipasi kepentingan, kebutuhan dan tantangan masa depan dalam dunia pendidikan. Salah satunya matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari hari maupun  dalam pengembangan ilmu teknologi ( Akib,2001: 143). Pendidikan matematika pada jenjang dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab pada jenjang ini mempunyai pondasi yang sangat menentukan dalam bentuk kecerdasan, dan keperibadian anak. Menyadari pentingnya peningkatan kualitas pendidikan yang akan datang mempengaruhi sumber daya manusia, maka pemerintah mulai melirik pada peningkatan kualitas pembelajaran yang akan memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pmbelajaran, antara lain : pembaharuan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, perubahan sistem penilaian dan lain sebagainya. Salah satu unsur yang sering dikaji hubungannya dengan keaktifan siswa dan prestasi belajar adalah model pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah.
Kenyataan yang terjadi saat ini, berdasarkan pengamatan dilapangan, diperoleh informasi bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini juga di perkuat berdasarkan dari hasil ulangan harian yang memperlihatkan masih kurangnya nilai matematika terutama pada pokok bahasan bilagan pecahan, rata-rata nilai matematika pada kelas V di MI Baiturrohim adalah 63,7. Di sisi lain, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Hal itu terjadi karena siswa kesulitan mempelajari dan memahami matematika, sehingga minat siswa pada matematika juga berkurang.
 Pembelajaran matematika dengan metode konvensional yang hanya mengandalkan chalk and talk, seringkali dilakukan oleh guru tanpa disertai pendekatan belajar maupun model pembelajaran yang tepat menjadi salah satu faktor penyebabnya. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat memotivasi serta melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk itu disinilah tugas sebagai guru matematika yakni supaya siswa lebih menyukai pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan, dengan menggunakan model pembelajaran efektif yang dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam mempelajari dan memahami serta meningkatkan minat siswa pada matematika. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).  Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, satu diantaranya adalah Team Game Tournament (TGT). TGT dapat meningkatkan prestasi  siswa pada matematika melalui Game Tournament, serta mempermudah siswa dalam mempelajari dan memahami matematika melalui belajar Team.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif ( TGT ) Tipe Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas V Mi Baiturrohim Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu: “Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan  pada siswa kelas V MI Baiturrohim desa Bareng kecamatan Ngasem kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2013/2014”.?

C.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang penulis buat dari masalah yang adanya pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V pada pokok bahasan pecahan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT).

D.    Kegunaan Penelitian
kegunaan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan  pada siswa kelas V MI Baiturrohim desa Bareng kecamatan Ngasem kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2013/2014.
Setelah dilakukan penelitian, diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :
1.         Bagi sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah mengenai penyediaan begitu pentingnya penggunaan metode pembelajaran unuk menigkatkan prestasi belajar siswa untuk menyiapkan SDM yang berkualitas. Jika pembelajaran di sekolah disajikan dalam bentuk yang berbeda maka akan meningkatkan prestasi siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2.         Bagi guru
Sebagai bahan pemikiran bagi guru matematika bahwa perlu adanya pembaharuan dalam pembelajaran. Pembelajan yang dimaksud adalah pembaharuan metode pembelajaran untuk meningkatkan dan mendorong siswa lebih aktif karena siswa dituntut selalu berfikir tentang persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaianya, dengan demikian mereka akan akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuan.
3.         Bagi siswa
Untuk menigkatkan ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran karena adanya metode pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4.         Bagi Peneliti
a.         Sebagai salah satu sumber pengetahuan baru bagi peneliti mengenai model pembelajaran.
b.    Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

E.                     Definisi Operasional
a.       Kooperatif tipe TGT
TGT adalah salah satu pemebelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku, dan ras yang berbeda. Secara  umum TGT sama seperti STAD kecuali dalam hal : TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dalam sistem skor individu, dimana siswa belomba sebagai wakili tim mereka dengan tim anggota lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
b.      Prestasi Belajar
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
c.       Pecahan
Pecahan adalah salah satu pokok materi bahasan yang diajarkan dikelas V MI Baiturrohim semester II.






                                                                                                 













BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Tinjauan Pustaka
1.      Prestasi beajar matematika
a.      Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (slameto:1996:2)
Belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam arti menuju ke perkembangan pribadi individu seutuhnya. Sejalan dengan itu, Sardiman A.M mengemukakan suatu rumusan, bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan dapat dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman inilah nantinya yang akan membentuk pribadi individu ke arah kedewasaan. (Djamarah, 2012:21).
b.      Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Menurut Djamaroh, pretasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaina yang telah tercapai sebagai hasil belajar.
Adapun menurut kamus besar bahasa indonesia (2001), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjuk dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi belajar adalah hasil usaha siswa di sekolah melalui belajar dengan giat dan rajin yang diperoleh melalui formatik, catur wulan, semester, EBTA atau UAN.
Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar. Karena prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut Slameto ( 1997 ) sebagai berikut : “ hasil belajar belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertinkah laku baru berkat pengalaman baru. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan , bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil. belajar yang dicapai dalam aktifitas untuk mendapat suatu kepandaian atau sebuah tingkah laku yang lebih baik.
a)         Fakor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut pakar pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1.      Faktor Internal ( faktor dari dalam diri siswa)
Yaitu keadaan atau kondisi jasmani (fisikologis) seperti kesehatan, dan rohani (psikologis) siswa seperti motivasi, minat dan bakat siswa.
2.      Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
Yaitu kondisi lingkungan siswa.
3.      Faktor pendekatan belajar siswa
Yaitu jenis-jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar.

c.       Matematika
”Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia” (BSNP, 2006:1). Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, realistis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kemampuan tersebut diperlukan untuk bertahan hidup dan menghadapi kehidupan yang kompetitif.
Selain itu, pendidikan matematika di sekolah juga bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sehingga, berdasarkan tujuan di atas dapat dikatakan bahwa matematika adalah mata pelajaran penting bagi siswa dan pengetahuan matematika harus dikuasai sejak dini oleh para siswa.
1.      Pengertian pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams gmes Tournament)
a.      Teams Games Tournament ( TGT )
TGT adalah salah satu pemebelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku, dan ras yang berbeda.
Secara  umum TGT sama seperti STAD kecuali dalam hal : TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dalam sistem skor individu, dimana siswa belomba sebagai wakili tim mereka dengan tim anggota lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya didiskripsikan dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:
Pertama Tim. Tim terdiri dari empat sampai enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelasdalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim bener-bener belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggota untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik, setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-lembar atau materi lainya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Kedua Game. Gamenya terdiri atas pernyataan-pernyataan yang kontennya relevan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang perolehanya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.
Ketiga, Turnament. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja tunamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kerja sebelumnya kontribusi secara maksimal terhadap skor tim meraka jika mereka melakukan yang terbaik.
1)      Persiapan
a. Materi
Materi kurikulum TGT sama saja dengan STAD, kecuali perlu menyiapkan kartu-kartu bernomor dari nomor satu sampai tigapuluh untuk tiap tiga orang anak.
b. Menempatkan Siswa Dalam Tim
Dalam menempatkan siswa dalam beberapa tim langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Memfotokopi lembar rangkuman tim
Membuat kopian dari lembar rangkuman tim untuk setiap empat siswa dalam satu kelas.
2.      Menyusun peringkat siswa
Pada selembar kertas, dibuat urutan peringkat siswa dalam satu kelas dari yang tertinggi sampai yang terendah.
3.      Menentukan anggota berdasarkan jumlah tim
Tiap tim harus terdiri dari empat anggota jika memungkinkan. Untuk menentukan berapa tim yang akan dibentuk, jumlah siswa dikelas dibagi empat, hasil bagi tersebut tentunya jumlah tim beranggotakan empat orang. Misalnya, di dalam kelas ada 16 orang, maka akan membentuk empat tim yang masing-masing beranggotakan empat orang. Jika pembagian tersebut tidak genap, siswanya bisa jadi berjumlah satu, dua, atau tiga orang. Selanjutnya akan ada tim yang beranggotakan lima orang.
4.      Membagi siswa ke dalam tim
Dalam membagi siswa ke dalam tim, diseimbangkan timnya supaya:
a)      Tiap tim terdiri atas level yang kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang dan tinggi.
b)      Level kinerja yang sedang dari semua tim yang ada di kelas hendaknya setara.
Peringkat siswa digunakan berdasarkan kinerjanya, huruf tim dibagikan kepada tiap-tiap siswa. Misalnya dalam empat tim yang ada di dalam kelas menggunakan huruf A sampai D.
c. Menempatkan Siswa ke dalam Meja Turnamen
1.   Membuat kopian lembar penempatan meja turnamen
Pada lembar tersebut diisi daftar nama siswa dari atas ke bawah sesuai urutan kinerja siswa, dengan menggunakan peringkat yang sama seperti yang akan digunakan untuk membentuk tim.
2.      Menghitung jumlah siswa di dalam kelas
Jika jumlahnya habis dibagi empat, semua meja turnamen akan mempunyai empat peserta.
3.      Menunjuk empat siswa pertama dari daftar
Masing-masing untuk menempati meja 1, berikutnya meja 2, dan seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi tiga, satu atau dua meja turnamen yang pertama akan beranggotakan empat peserta. Misalnya, sebuah kelas dengan 15 siswa mempunyai tiga meja turnamen, tiga diantaranya akan mempunyai empat anggota. Empat siswa pertama dari daftar peringkat akan ditempatkan di meja 1, dan empat berikutnya pada meja 2, dan tiap empat orang sisanya pada meja-meja yang lain. Penentuan nomor meja ini hanya untuk meja kepada anak-anak, sebutlah meja-meja tersebut sebagai meja biru, merah, hijau dan sebagainya dalam urutan yang acak supaya para siswa tidak akan tahu bagaimana cara menyusun penempatan meja tersebut.
d. Memulai Turnamen
Pada awal periode permainan, penempatan meja turnamen diumumkan dan mereka diminta memindahkan serta menyusun meja bersama-sama. Nomor-nomornya diacak supaya para siswa tidak tahu mana meja atas atau meja bawah dan salah satu siswa diminta membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja.
Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca pertama yaitu yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama.
Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya, jika soalnya pilihan ganda. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dalam permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada disebelah kiri atau kanannya punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda dengan peserta pertama. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua mempunyai jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya jawaban, ditantang, akan melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yan benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika penantang memberikan jawababan yang salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam kotak.
Untuk putaran berikutnya, semuanya begerak satu posisi ke kiri, penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama, dan si pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut, seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau kotaknya telah kosong.
Aturan Permainan TGT
Pembaca
-  Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
- Bacalah pertanyaannya dengan keras.
- Cobalah untuk menjawab.
Penantang 1
- Menantang jika dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya.
Penantang 2
-  Boleh menantang jika penantang 1 melewati dan jika dia mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang 2 memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantangnya salah maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada.
Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri: penantang 1 menjadi pembaca, penantang 2 menjadi penantang 1 dan si pembaca menjadi penantang kedua.
e. Menentukan Skor Tim
Segera setelah turnamen selesai, skor tim ditentukan dan sertifikat tim disiapkan untuk memberi rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini pertama-tama poin-poin turnamen dari tiap siswa tersebut harus diperiksa ke lembar skor permainan.
f. Merekognisi Tim Berprestasi
Seperti dalam STAD, di sini juga diberikan tiga tingkatan penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim.
Tabel 2.1
Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
40
Tim baik
45
Tim sangat baik
50
Tim super








Alur TGT dengan jumlah siswa 16 anak adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
TEAM A
TEAM B
Rounded Rectangle: B-1
TINGGI	B-2
SEDANG	B-3
SEDANG	B-4
RENDAH

Rounded Rectangle: A-1
TINGGI	A-2
SEDANG	A-3
SEDANG	A-4
RENDAH









TEAM C
                    TEAM D
(Salvin E. Robert : cooperatif learning teori,riset dan praktik : 163 )
1.      Pecahan
Pengertian biangan pecahan adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan syarat b ≠ 0. Selanjutnya a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
a.       Macam – macam pecahan
1. Pecahan biasa. Conohnya
2. Pecahan campuran. Conohnya
3. Pecahan desimal. Contohnya 1,4 . 2,8 . 9,32 . 9,15 .
4. Pecahan persen. Contohnya 5%, 25%, 65%, 80%, 90%.
b.      Mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran
Syaratnya pembilang dari pecahan tersebut harus lebih besar dari penyebutnya.
                        Contoh :  ( karena 2 x 12 = 24, maka 29 – 24 = 5, maka
 
c.       Mengubah persen ke bentuk pecahan
Misalnya a pecahan persen. Jika a diubah ke bentuk pecahan biasa, maka pembilang dari a adalah angka sebelum tanda %, dan penyebutnya adalah 100. Pembilang dan penyebut dapat disederhanankan dengan membagi masing – masing dengan FPB dari pembilang dan penyebut tersebut.
                        Contoh : 35 % =  ( 5 adalah FPB dari 35 dan 100 )
d.      Mengubah pecahan ke bentuk persen
Misal a adalah suatu pecahan yang diubah ke bentuk persen.
Caranya :
a.       Jika a pecahan biasa atau pecahan desimal, maka langsung dikalikan 100%.
Contoh :
bilangan  diubah ke bentuk pecahan persen, caranya
pecahan desimal 0,8 diubah ke pecahan persen, caranya 0,8 x 100% = 80%
b.      Jika a pecahan campuran, maka a harus di ubah dulu ke pecahan biasa dahulu. Setelah itu dikalihkan dengan 100%
Contoh :
Bilangan  diubah ke bentuk pecahan biasa, caranya  diubah menjadi pecahan biasa, yaitu , lalu  diubah ke bentuk pecahan persen, yaitu
e.       Mengubah pecahan biasa ke desimal dan sebaliknya
Mengubah pecahan biasa ke dalam bilangan decimal. Dapat dilakukan dengan dua cara berikut
1)      dengan cara dibagi (bagi kurung). Ingat, bahwa (per = bagi). Jadi, untuk mengubah pecahan menjadi desimal dengan jalan pembilang dibagi penyebut.
2)      Dengan cara mengubah penyebut menjadi 10, 100, atau 1000. Ingat, bahwa bilangan desimal merupakan bilangan per sepuluh, per seratus, atau per seribu.
Contoh:
Penyebut dijadikan 10 ( 2 x 5 = 10) karena penyebut dikalikan dengan bilangan 5,  maka pembilang pun harus dikalikan pada bilangan yang sama (5). Jadi, (1 x 5 = 5), maka  = 0,5.
f.       Penjumahan dan pengurangan berabagai pecahan
Untuk penyebut yang sama penjumlahan dan pengurangan pecahan hanya menjumlahkan atau mengurangkan pembilangnya saja tetapi jika penyebutnya beda dengan cara berikut:
Misalnya kita akan menjumlahkan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyamakan penyebutnya menjadi sama terlebih dahulu, yaitu dengan mencari KPK dari kedua penyebut.
Untuk pengurangan pecahan mengunakan cara yang sama
g.      Penjumlahan pecahan decimal
Sebelum menjumlahkan pecahan desimal, kita perlu mengingat kembali nilai tempat suatu bilangan. Nilai tempat pada pecahan desimal dapat digambarkan sebagai berikut:
Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR2BIImxiwmH1GcvDO8yXf7PHSvLGbrUn5lmVY6HqodpeKYBwd2Uv4HSSL1k2VKy2Vfke_5cE2LWtzjbmeaut0-cIkdleiwI5IiDTwmtIFaD7ztGMyEQ6ovILF_SzE_re9kQ3F6BkOuOU/s1600/New+Picture+(37).jpg
Untuk menjumlahkan dua bilangan dengan benar kita harus menjumlahkan angka-angka yang nilai tempatnya sama:
1.      ratusan dijumlahkan dengan ratusan
2.      puluhan dijumlahkan denga puluhan
3.      satuan dijumlahkan dengan satuan
4.      persepuluhan dengan persepuluhan
5.      perseratusan dengan perseratusan, dst
Cara yang termudah untuk menjumlahkan dua pecahan desimal:
Dengan cara penjumlahan bersusun, dengan meluruskan tanda koma (,).
contoh : Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB8G6Zbc47mSBMazmpmXEDUZh2m9ZmZqgqpbjtdBpoxlC6AzlenOtceeF5mE-qXm4FyVKdnJRKL5Zw0oW8Kw91qlgOf77mqeBjL8EHOOHoxwxS02Vgv53EeNPfyIKgXmnVMrbJ1iKpcJ0/s1600/New+Picture+(39).jpg
h.      Menyelesaikan Masalah Pecahan
Perhatikan contoh masalah beserta penyelesaiannya berikut ini.
1.      Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong kue.
a.       Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
Penyelesaian:
a.       Kue dibagi menjadi16 potong, kemudian dimakan Ema 2 potong dan dimakan Menik 2 potong.
Ema makan  bagian kue.
Menik makan  bagian kue.
Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik  bagian.
2.      Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya  meter dengan warna hijau dan kuning. Sepanjang  meter dicat berwarna hijau. Berapa meter panjang kayu yang dicat kuning?
Penyelesaian:
Panjang kayu  meter. Dicat hijau sepanjang  meter.
Sisanya dicat kuning.
Jadi, panjang kayu yang dicat kuning adalah  meter.
3.      Ayah mempunyai kabel listrik sepanjang  meter, kemudian membeli lagi 8,5 meter. Keesokan harinya kabel tersebut digunakan untuk memasang lampu dirumah sepanjang  meter, maka panjang kabel ayah sekarang masih......... meter.
Jawab :
b.      Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya:
1)      Penelitian yang dilakukan oleh Dian Ratna Puspananda tahun 2010 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Aproksimasi Kesalahan Kelas X MO SMK PGRI I Bojonegoro Tahun Pelajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa:
a)      Ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa pokok bahasan Aproksimasi Kesalahan dengan diberi perlakuan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) pada siswa kelas X MO SMK PGRI I Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dalam analisa data yang menunjukkan t hitung = 6,03 lebih besar dari t tabel baik dengan taraf kesalahan 1% (6,03 > 2,7086) maupun taraf kesalahan 5% (6,03>2,0231).
b)      Model Pembelajaran Team Game Tournament mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pokok bahasan Aproksimasi Kesalahan pada siswa kelas X MO SMK PGRI I Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.
(Dian Ratna Puspananda, 2010: 59)
Persamaan dan perbedaan penelitin adalah sama sama merupakan penelitian kuantitatif dan Penggunaan model pembeljaran teams games tournaments ( TGT ) mampu meningkatkan petasi belajar siswa. Perbedaan penelitian adalah Penelitian yang ditulis peneliti mengunakan tes awal atau pre test sedangkan peanelitian yang relevan menggunakan data atau dokumentasi dari sekolah yang diteliti.

2)      Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Hermawan tahun 2006 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat menyimpulkan bahwa:
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe TGT perlu dilakukan dalam pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan bilangan bulat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII6 MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada pokok bahasan bilangan bulat meningkat. Hal ini terlihat pada peningkatan ketuntasan belajar dari 76,6% menjadi 85,3% dan meningkat lagi menjadi 87,7%.
Persamaan  penelitian  adalah Sama – sama penelitian kuantitatif. Perbedaan Penelitian adalah penelitian yang ditulis peneliti mengunakan tes awal atau pre test sedangkan peanelitian yang relevan menggunakan data atau dokumentasi dari sekolah yang ditelitidan materi yang di teliti berbeda.
c.       Kerangka Berpikir
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran Matematika. Melalui belajar Team masing-masing siswa dapat mempelajari dan memahami matematika, sebab masing-masing Team dibentuk secara heterogen. Sehingga siswa dapat saling membantu antar siswa yang memiliki kemampuan lebih dengan siswa yang memiliki kemampuan kurang.
Kegiatan pembelajaran akan lebih menyenangkan dengan disertai Game yang dapat meningkatkan minat siswa. Semangat siswa juga semakin bertambah karena diadakan Tournament yang melatih siswa untuk berkompetisi secara positif.          
Adanya motivasi, minat, serta semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, tentunya membuat siswa tidak malas untuk belajar. Nilai matematika siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya, sehingga prestasi belajar matematika siswa meningkat.














                                              BAB III
METODE PENELITIAN


Metode penelitian adalah metode-metode yang digunakan dalam suatu penelitian, dimana dalam metode-metode itu akan memuat berbagai hal yang akan menentukan tingkat keberhasilanya suatu penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti akan menggunakan desain penelitian eksperimen, yaitu akan membentuk 1 kelompok kelas eksperimen dan  1 kelompok kelas kontrol.
A.                Subjek dan jadwal penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Baiturrohim Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 31 siswa yaitu kelas V A sebanyak 16 siswa dan kelas V B sebanyak 15 siswa.
Jadwal penelitian dalam penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :                            Tabel 3.1
Bulan
Tahap
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
juli
agu
Permulaan





Pelaksanaan





Penyelesaian







B.                 Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2007:61).
Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas V MI Baiturrohim Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 31 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas V A sebanyak 16 siswa dan kelas V B sebanyak 15 siswa.
2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif/ mewakili (Sugiyono 2007:62).
Dalam penelitian ini populasinya kecil, oleh karena itu peneliti menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu dengan mengambil semua populasi sebagai sampel sebanyak 31 siswa. Kelas V A sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 7 perempuan sebagai kelas eksperimen dan kelas V B sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 7 perempuan sebagai kelas kontrol. Kedua kelas masing-masing mempunyai kemampuan yang hampir sama.
Kelas eksperimen dalam penelitian ini  adalah kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajan kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ). Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament tetapi diberi perlakuan dengan menggunakan metode konvensional.
C.                Variabel
1.         Varibel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang bebentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2007:2).
Pada penelitian ini ada dua variabel, yaitu:
1. Variabel independen
Dalam bahasa Indonesia variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT )
2. Variabel dependen
Dalam bahasa Indonesia variabel dependen sering disebut sebagai variabel tertikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel babas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa.
D.                Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan metode tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki.
Proses pengumpulan data pada metode tes ini diawali dengan mengadakan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan awal dari kedua kelas tersebut. Setelah itu diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ) pada kelas eksperimen dan perlakuan dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan tes akhir (postes).
E.                 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen yang berbentuk  tes. Bentuk tes yang digunakan adalah 20 soal pilihan ganda dengan 4 alternatif  jawaban . Bentuk ini penskorannya obyektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah.  Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu instrumen diujicobakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel atau tidak.
Adapun rancangan pelaksanaanya adalah:
1.      Membuat batasan soal, yaitu soal – soal pada pokok bahasan pecahan.
2.      Menentukan tujuan tes, yaitu mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan pecahan.
3.      Membuat kisi – kisi soal tes berdasarkan batasan soal yang telah dirumuskan.
4.      Menyusun soal – soal tes.
5.      Uji coba soal tes.
a.    Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu  instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur secara tepat.
Uji validitas ini bertujuan untuk menguji kevaliditasan soal yang akan digunakan. Validitas suatu soal dinyatakan dengan koefesien korelasi (r). Untuk menguji validitas digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan
X =  skor item
Y =  skor total
N =  jumlah peserta tes
Kriteria jika rxy > rtabel maka item soal tes itu dikatakan valid, dalam hal ini digunakan taraf signifikan 5% dan dk = N.
b.      Uji realibilitas
Realibilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Realibilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji apakah instrumen tes reliabel atau tidak, dilakukan uji realibilitas menggunakan rumus KR-20:
Keterangan :
r11  =  Reliabilitas tes secara keseluruhan.
p    =  Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar.
q    =  Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq =  Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n     =  Banyaknya item
S2    =  Varians total
Jika r11  ≥ rtabel maka soal reliabel tetapi jika r11 ≤ rtabel maka soal tidak reliabel.
c.       Daya Pembeda
           Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang  berkemampuan rendah.
Cara menentukan daya pembeda (nilai D)         
           Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas).
a)         Untuk Kelompok Kecil
            Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
b)        Untuk Kelompok Besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27%  skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Suharsimi Arikunto (2009 : 211-218).
Rumus Mencari Diskriminan (D)
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

Keterangan  :
J                       = jumlah peserta didik            
JA                            = banyaknya jumlah kelompok atas
JB                     = banyaknya peserta kelompok bawah
BA                   = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
banyaknya  pesrta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
  proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran).
PB                 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel 3.1
Pengklasifikasi Nilai Daya Pembeda :
Indeks
Interprestasi
0.00 < D < 0.2
Gugur
0.3 < D < 1.0
Valid




d.      Taraf Kesukaran
Soal yang  baik adalah soal yang tidak terlalu mudah, dan tidak terlalu sulit. Untuk mengetahui taraf kesukaran soal, menggunakan rumus:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal :
P : 0,00 – 0,30 adalah soal sukar
P : 0,31 – 0,70 adalah soal sedang
P : 0,71 – 1,00 adalah soal mudah (Arikunto, 2007: 207 - 210)
F.                 Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini dilakukan analisis dua kali yaitu analisis data awal dan analisis data akhir. Pada analisis data awal akan dilakukan pengujian prasyarat analisis dan uji kesamaan dua rata-rata (uji – t). Pada analisis data akhir akan dilakukan pengujian prasyarat analisis dan pengujian hipotesis  (uji – t).
A.     Uji prasyarat analisis
Sebelum dilakukan analisis data, akan dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu. Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

1.      Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh berdistibusi normal. Uji normalitas dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dalam penelitian ini teknik pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat (X²) dengan rumus:
(Sugiyono,2007: 107)
Keterangan :
𝑥2 =   Distribusi Chi Kuadrat
f0    Frekuensi pengamatan
fh  =  Frekuensi yang diharapkan
Adapun langkah – langkah untuk uji normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:
1.    Menentukan jumlah kelas interval.
2.    Menentukan panjang kelas interval.
3.    Menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung.
4.    Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan).
5.    Memasukkan harga-harga fh kedalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo-fh)2  dan    . Harga   adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χ2) hitung.
6.    Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Jika χ2hitung  < χ2tabel ,maka data berdistribusi normal.
2.      Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil homogen. Untuk pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:
 
(sugiyono,2007 :140)
Kriteria pengujian data, dikatakan homogen jika F hitung < F tabel dengan  α adalah taraf nyata dalam pengujian.
3.      Uji keseimbangan
Kriteria pengujian, Ho diterima jika thitung < ttabel , jika dari perhitungan diperoleh thitung lebih kecil dari ttabel. Ini berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama atau seimbang (tidak terdapat perbedaan), sehingga penelitian akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
uji keseimbangan menggunakan rumus
t =
B.      Uji hipotesis
Untuk menganalisis data penelitian harus disesuaikan dengan desain penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen, yang akan membandingkan prestasi belajar matematika siswa yang diberi perlakuan pembelajaran   menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (kelas eksperimen) dan prestasi belajar matematika yang diberi perlakuan pembelajaran dengan metode konvensional (kelas kontrol). Oleh karena itu untuk pengujian terhadap hipotesis yang diajukan akan dilakukan dengan teknik statistik parametris. Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio adalah menggunakan t-test.
Rumusan t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:
t =
Dimana:
 = Rata – rata sampel 1
 = Rata – rata sampel 2
 = Simpangan baku sampel 1
 = Simpangan baku sampel 2
 = Varians sampel 1
 = Varians sampel 2
r   = Korelasi antara dua sampel
( Sugiyono 2007 : 122)
Langkah-langkah menggunakan perhitungan rumus t-test adalah sebagai berikut:
a.    Menentukan Ho dan Ha
b.    Menghitung nilai rata-rata sampel 1 dan sampel 2 dengan rumus:
c.    Menghitung nilai varians sampel 1 dan sampel 2 dengan rumus :
d.   Menghitung nilai simpangan baku sampel 1 dan sampel 2 dengan rumus :
e.    Menghitung nilai korelasi antara dua sampel dengan rumus:
f.     Menguji hipotesa dengan menggunakan rumus t-test.
g.    Menghitung derajat kebebasan (dk)
Karena n1=n2 jadi untuk mengetahui ttabel digunakan dk yang besarnya. dk = n1 + n2 – 2.

h.    Membandingkan nilai thitung  dengan ttabel.  Jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Hoditolak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar